Ketidakstabilan ekonomi global dan laju inflasi, secara tidak langsung menurunkan daya beli publik terhadap properti. Penurunan tersebut juga didorong oleh kenaikan harga rumah dan suku bunga bank yang mulai dirasakan konsumen
thepropertycom (JAKARTA). Pembelian properti oleh publik memang melambat, tapi tidak stagnan. Publik melihat, upaya pemerintah dalam menstabilkan harga properti belum maksimal.
Bahkan, publik khawatir harga properti di masa depan akan semakin tinggi. Perekonomian global yang melemah, jelas memengaruhi inflasi dan kenaikan suku bunga bank, dan ini telah dirasakan publik sehingga berimbas kepada rencana pembelian properti.
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), kenaikan harga rumah dalam kisaran 4 sampai 5 persen juga sangat memberatkan.Di sisi lain, generasi milenial kelas menengah dan golongan ekonomi kelas atas alias orang-orang kaya di Indonesia, tidak terpengaruh oleh ekonomi global dan laju inflasi. Mereka tetap mengonsumsi properti yang ditawarkan sejumlah pengembang.
Apabila tingkat inflasi dan suku bunga terus naik. Potensi pasar properti untuk kelas bawah akan stagnan. Di tengah situasi dan kondisi ekonomi yang sulit untuk membeli rumah, maka kebijakan Pemerintah yang merencanakan pajak progresif terhadap pemilik lebih dari satu properti, bukan menjadi solusi yang ideal. Kebijakan pajak progresif, diprediksi akan membuat kalangan ekonomi atas melakukan tindakan wait and see dalam melihat perkembangan industri properti.Bila pajak progresif diterapkan, maka pemerintah juga harus mengeluarkan kebijakan lain yang berfungsi untuk mendorong daya beli properti bagi MBR.[redtp17]
Redaksi@thepropertycom 0812 8934 9614
Komentar
Posting Komentar